Prabowo Subianto memulai renaisance Indonesia dengan program-program populis. Dia berangkat dari hal dasar: semua rakyat berhak bahagia. Dia memilih di sisi yang papa dan jelata.
Oleh: Ragil Nugroho
Komitmen Prabowo agar wong cilik gumuyu (orang kecil tersenyum), mulai terlihat. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, bahwa setelah zaman Kaliyuga (kegelapan) akan menjul zaman Kertayuga (keemasan). Ķaliyuga ditandai dengan perang, pandemi, bencana alam dan kelaparan. Sepertinya Prabowo paham siklus ini sehingga dia berusaha membawa bangsa Indonesia menuju zaman Kertayuga dengan kebijakan yang populis.
Prabowo menempatkan diri sebagai Semar yang mengayomi wong cilik. Posisi dia pilih karena kecintaannya kepada yang terpinggirkan, baik secara sosial maupun ekonomi. Prabowo yang pada awalnya seorang kstaria yang digembleng di Lembah Tidar, memilih menjadi Ki Lurah Badrayana: pelindung orang-orang miskin.
Dalam struktur masyarakat, guru menempati posisi sentral. Mereka adalah sumber ngelmu. Dari guru pengetahuan dialirkan ke orang banyak. Tak mengherankan kalau zaman dulu, posisi guru atau resi sangat dihormati. Setelah kekalahan dalam Perang Dunia II, Kaisar Jepang mengatakan bahwa Jepang boleh saja hancur, namun bila masih ada guru, Jepang akan bangkit lagi. Bila menengok hari ini, pernyataan Kaisar Jepang itu tentu menemukan kebenarannya. Setelah luluh lantak oleh bom atom di Hirosima dan Nagasaki, Jepang tumbuh menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia.
Prabowo sadar posisi guru di Indonesia tak baik-baik saja. Nasib guru masih seperti lagu Iwan Fals, Oemar Bakrie: "gaji guru Oemar Bakrie seperti dikebiri". Sejak dahulu problem guru adalah masalah kesejahteraan. Seorang guru, seperti kata Iwan Fals mendidik orang jadi penjabat dan menteri, namun gajinya seperti dikebiri. Dengan kata lain, guru telah berbuat banyak namun penghasilannya seret. Situasi inilah yang dipahami Prabowo, maka gaji guru dinaikkan.
Upaya menaikkan gaji guru merupakan langkah membangun infrastruktur manusia Indonesia. Negara maju otomatis pendidikannya juga maju. Sebagai negara bekas jajahan, sektor pendidikan memang masih terseok-seok. Sekolah masih kurang, guru kurang dan fasilitas penunjang juga kurang. Akibatnya, masih banyak anak-anak Indonesia harus putus sekolah, menjadi tenaga-tenaga kerja murah membantu ekonomi orangtua. Situasi ini yang hendak direntas Prabowo. Setelah guru pelan-pelan ditingkat kesejahteraannya, murid perlu mendapatkan perhatikan. Maka dicanangkan makan bergizi gratis.
Tanpa gizi yang bagus, manusia Indonesia akan ketinggalan dengan bangsa lain. Gizi akan mempengaruhi kebutuhan otak, fisik dan mental.Tiongkok merupakan salah satu negara yang sukses dengan program makan bergizi gratis. Hasilnya terlihat ketika tinggi badan siswa laki-laki bertambah 1,54 cm dan perempuan 1,69 cm. Selain itu, kemampuan kognitif siswa juga meningkat. Adalah kewajiban negara untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dan, Prabowo menjalankan amanat itu.
Prabowo hendak mengubah adagium "mangan ora mangan kumpul (makan tidak makan berkumpul) menjadi semuanya harus bisa makan. Anak-anak sekolah tanpa terkecuali harus bisa makan dengan standar makanan yang baik.
Makan bergizi gratis tidak hanya berdampak kepada siswa, tapi juga kepada rakyat secara luas. Bagi keluarga, makan bergizi gratis akan akan membantu pengeluaran sebesar 300 ribu/bulan untuk peranak. Bila memiliki tiga anak, maka akan membantu 900 juta/bulan. Dengan begitu, uang orangtua bisa digunakan untuk kebutuhan lain, termasuk ditabung. Makan bergizi gratis juga akan mendorong tumbuhnya UMKM sebagai penyedia makanan. Para petani maupun peternak bisa juga menjual produknya secara langsung untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Prabowo juga berpihak kepada petani, nelayan, dan peternek dengan program penghapusan hutang. Selama ini UMKM yang terjerat hutang karena ekonomi yang sedang memburuk, bisa bernapas lega karena hutang-hutang mereka dihapuskan. Dengan begitu mereka bisa fokus untuk mengerahkan sumber pemodalan untuk produksi tanpa harus memikirkan pembayaran hutang. Dengan program ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi wong cilik.
Sementara itu, untuk para buruh, Prabowo memberikan kado istimewa dengan kenaikan upah 6,5 persen. Kenaikan upah ini cukup besar. Dengan kenaikan tersebut Prabowo ingin mengirim pesan bukan zamannya lagi upah buruh murah. Selama ini buruh terkana dampak langsung dari eksploitasi kapitalisme. Sebagai pemintal akumulasi modal, mereka justru mendapatkan bagian yang terkecil. Melihat kenyataan ini, Prabowo hendak menyeimbangkan ketimpangan tersebut. Pelan-pelan upah buruh dinaikkan agar mereka tidak hanya menggendutkan pemilik modal, namun juga bisa menikmati kesejahteraan sehingga bisa gumuyu.
Kepada mereka yang belum memiliki papan, Prabowo mencanangkan program 3 juta rumah. Program ini diperuntukkan untuk mereka yang berpenghasilan rendah sehingga tidak mampu memiliki tempat tinggal. Oleh karena itu, pemerintah berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Bila semua rakyat bisa memiliki rumah, maka paling tidak kebutuhan dasar bisa terpenuhi.
Populisme Prabowo adalah populisme kerakyatan. Selain memenuhi kebutuhan dasar wong cilik, Prabowo juga bertekat memberantas korupsi, judi online, menghemat anggaran yang tak perlu dan mencegah terjadinya kebocoran anggaran. Bila populisme Sukarno baru pada retorika, populisme Prabowo dalam wujud nyata.
Prabowo memilih di sisi yang miskin dan papa. Membela kepentingan mereka agar bisa gumuyu secara bersama-sama.***
Komentar
Posting Komentar