Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2023

ANAK BAWANG BERNAMA GIBRAN

Gibran muncul dengan kesadaran kelas borjuasi baru yang tampil egaliter. Cara berpakaian, berfikir, sampai berkomunikasi bukan lagi cara pejabat-pejabat lama yang kaku. Dia bisa membaur dikalangan anak-anak muda tanpa kikuk. Sebagai borjuasi baru, Gibran tak mau tampil bertele-tele. Sementara itu, di hadapan borjuasi lama, Gibran bisa berdiri tegak.  Oleh: Ragil Nugroho  Ibaratnya, Gibran ini seperti bawang merah. Dia membuat Hasto, Goenawan Mohamad dan yang lain, menangis bombay. Baru kali ini kemuculan anak muda membuat tokoh-tokoh tua berderai air mata, bukan karena bersuka cita tetapi karena menentangnya. Para uzur seperti terkena hantaman palu Thor. Kemunculan Gibran membuat politik Indonesia jungkir balik. Teori-teori politik yang dipelajari di sekolah-sekolah menjadi mati kutu. Itulah Gibran Rakabumi Raka. Ini memang zaman anak muda, tidak hanya di Indonesia, juga di dunia. Seperti ada benang-benang yang menghubungkan anak muda di semua belahan dunia untuk mengambil peranan. Keh

GOENAWAN MOHAMAD POLIGAMI[Ngawinin Logika Formal, Habis Itu Ngawinin Dialektika Hegel]

Kan gawat tuh kalau muncul berita: Goenawan Mohamad pendiri Tempo cum penyair Salihara diseret ke pengadilan karena terlibat dalam pembantaian 1965. Ia dituduh menerima dana dari CCF dan bekerjasama dengan tentara untuk menggalang gerakan anti komunis.  Oleh: Liluk Lumpita Sibarani  [Anggota Kelompok Ngrumpi “Kidul WC” Filsafat ] Baru-baru ini gue dapat tugas mata kuliah logika. Pas itu rame-ramenya kasus Goenawan Mohamad nangis-nangis di Kompas Tipi karena merasa ditinggal oleh Pak Jokowi. Kebetulan banget, batin gue. Setelah buka buku ini itu, akhirnya gue mau bikin makalah. Temanya akan ngebahas tulisan Goenawan Mohamad [GM] dan tanggapan dari Opa Pram [Pramoedya Ananta Toer]. Gue akan ngebandingi antara logika formal yang dikawinkan dengan dialektika Hegel oleh GM dengan logika materialisme dialektika dan historis [MDH] yang dipakai Opa Pram.  Tulisan ini coret-coret gue sebelum bikin makalah *hihihi, seperti Corat-Coret di Toilet karya alumnus Filsafat UGM, Kak Eka Kurniawan. Ada

MEMBUKA TOPENG HASTO

Bila Doktor Faust rela menukar dirinya dengan Iblis agar menguasai ilmu pengetahuan, maka Hasto rela menukar kemaluannya demi tujuan politiknya Oleh: Ragil Nugroho (Aktivis 96) Pertama kali yang dingat dari Hasto Kristiyanto--Sekjen PDIP--adalah air mata dan mencret. Sepertinya air mata Hasto tak ada krannya sehingga gampang sekali jebol. Orang Jawa menyebutnya gembeng . Ketika menyerang pihak lain, Hasto begitu garang seolah-olah orang paling perkasa di muka bumi. Coba ingat-ingat serangannya terhadap Partai Solidaritas Indonesia, Partai Prima, Partai Demokrat, Nasdem maupun PKS. Namun, begitu terantuk kerikil, Hasto langsung nangis-nangis, atau kalau tidak begitu, mencret-mencret. Buaya saja akan malu kalau melihat Hasto nangis-nangis. Air mata buaya pun tak selebay air mata Hasto.  Secara psikologis sepertinya Hasto menderita semacam Oidupus Complex sehingga mencintai Bunda Banteng secara berlebihan. Namun itu tak perlu diperpanjang pembahasannya, biar mahasiswa psikologi yang mengk