Langsung ke konten utama

KIRI DAN NON KIRI YANG TERSERANG PENYAKIT HATI

Ada empat penyakit hati yang diderita orang-orang Kiri dan non Kiri sehingga tak suka kader-kader terbaik PRD masuk dalam kabinet Prabowo Subianto. Akibatnya, untuk sekadar mengucapkan kata selamat saja mereka tak mampu. Apa saja empat penyakit hati itu?

Oleh: Ragil Nugroho (Aktivis Kiri Penyuka Kirik)

Dari kalangan aktivis Kiri (k) maupun non Kiri (k) banyak yag tidak suka ketika kader-kader PRD (Partai Rakyat Demokratik) dipercaya Prabowo masuk ke dalam kabinetnya. Ketidaksukaan tersebut didasari oleh perasaan iri, dengki, srei dan kekotoran hati. Mereka adalah manusia manusia yang jauh dari Tuhan sehingga ketika ada orang lain mendapatkan anugerah selalu timbul kecemburuan. Wujud dari perasaan itu ditumpahkan dalam bentuk nyinyiran, ejekan, fitnah dan tuduhan yang tidak berdasarkan teori Marxis maupun analisa MDH. Mereka hanya bisa meracau karena hati mereka kena penyakit kedengkian sehingga marah ketika orang lain mendapatkan limpahan rezeki. 

Fenomena penyakit hati dalam berbagai bentuknya sudah wajar terjadi di kalangan aktivis Kiri maupun non Kiri. Ini terjadi karena rendahnya pengetahuan mereka ketika membaca kondisi obyektif atau sejarah perkembangan masyarakat. Ketika menganalisa kondisi obyektif, mereka berlandaskan perasaan bukan cara berpikir materialisme dialektika dan historis (MDH). Hanya berlandaskan perasaan, mereka menjadi orang romantis sebagaimana terjadi pada Abad Pertengahan. Yaitu mereka yang mengutuki keadaan yang serba bobrok tanpa mau repot-repot mengubanya. 

Dalam ranah kesusastraan romantis bisa dibaca karya Zola berjudul Germinal. Dalam novel ini Zola mengungkapkan secara detail kondisi kesengsaraan buruh pertambangan. Namun Zola terbatas mengungkapkan realita secara apa adanya dan tidak mempunyai maksud untuk mengubah keadaan. Berbeda dengan karya Maxim Gorky, Ibunda, yang juga menarasikan kondisi buruh dan sekaligus mengajak untuk mengubah keadaan. 

Foto: Pelantikan Agus Jabo Sebagai Wamen

Orang-orang Kiri dan non Kiri yang romantis ini hidup dalam alam halusinasi. Mereka selalu hidup dalam masa lampau yang dianggapnya indah, padahal zaman telah berubah sebagaimana hukum dialektika. Ketika ada orang lain berubah tak sesuai harapan impian masa lampau mereka, Kiri dan non Kiri romantis langsung menghujatnya dengan menyebut orang yang telah berubah tersebut dengan berbagai label seperti pengkhianat, pembela rezim militer dan lain sebagainya. Sebagaimana orang yang baru belajar agama, mereka mengkafirkan semua orang selain dirinya sendiri. Inilah yang mereka alamatkan kepada kader-kader terbaik PRD yang sekarang berada dalam kabinet Prabowo Subianto. 

Penyakit hati membuat Kiri dan non Kiri romantis kehilangan akal sehatnya. Tak mengherankan kalau yang muncul dari mereka tak lebih dari umpatan-umpatan dan kecemburuan atas anugerah yang diberikan Tuhan kepada orang lain. Tak mengherankan kalau kader-kader PRD seperti Budiman Sudjatmiko, Agus Jabo, Mugiyanto Sipin, Faisol Reza dan Nezar Patria yang hendak mengabdi pada bangsa dan negara mereka hujat dengan sepenuh hati.

Ada beberapa penyakit hati menurut Al Gazali yang juga menimpa Kiri dan non Kiri romantis ini. Pertama, hasad dan husud. Mereka iri dan dengki atas keberhasilan orang lain. Mereka tak suka bila kader-kader PRD masuk dalam kabinet Prabowo. Ada perasaan iri dan dengki ini menyebabkan mereka tak adil dalam memberikan penilaian.  Kedua, Ujub. Artinya mereka merasa paling soleh, paling bersih dan suci. Perasaan ini membuat mereka menilai kader-kader PRD yang menjadi wakil menteri sebagai pendosa. Perasaan semacam ini membuat Kiri dan non Kiri romantis merasa sebagai pemilik pintu surga kebenaran. 

Ketiga, ghadab. Kiri dan non Kiri romantis ini karena penyakit hati dalam dirinya menjadi orang yang ghadab (pemarah). Mereka melampiaskan kemarahan setiap waktu, mengumpat dan mencaci maki. Keempat, ghibah. Akibat iri dan dengki terhadap kader-kader PRD yang masuk kabinet, pekerjaan mereka melakukan ghibah (menggunjing), baik dunia nyata maupun maya. 

Dalam ranah filsafat Nietzsche, orang Kiri dan non Kiri semacam itu disebut orang yang mengindap re-sentimen. Artinya, mereka tak suka melihat orang lain bahagia dan mendapat limpahan rezeki. Sebaliknya, mereka begitu girang ketika orang lain tertimpa musibah. 

Kita tak dapat berbuat banyak kalau mau mengadu ke Karl Marx, kecuali berdoa agar Tuhan menyembuhkan penyakit hati mereka.***


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SENJAKALA PDIP

Sepertinya PDIP sudah kesulitan membendung arus balik politik. Kanjeng Mami semakin ditinggalkan wong cilik. Oleh: Ragil Nugroho (Penikmat ikan koi) Aktivis tani era 90an yang pernah dicabut kumisnya oleh introgrator ketika tertangkap, Hari Gombloh, mengungkapkan bahwa pendukung Ganjar di tapal Kulonprogo tipis alias kecil. Padahal, beber warga Brosot ini, Kulonprogo merupakan salah satu kandang Banteng. Menurutnya, ini wajar karena Kulonprogo dekat dengan Wadas. Seperti kita tahu, selama beberapa tahun Wadas merupakan titik episentrum perlawanan terhadap Ganjar dan PDIP. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, ada ungkapan, " Sadumuk bathuk sanyari bumi ". Ungkapan ini bermakna bahwa satu sentuhan pada dahi dan satu pengurangan ukuran atas tanah (bumi) selebar jari saja bisa dibayar, dibela dengan nyawa (pati). Bagi orang Jawa, tanah adalah kehormatan dan harga diri. Sebagaimana sentuhan pada dahi yang menurut orang Jawa adalah penghinaan, maka penyerobotan tanah walaupun han