Langsung ke konten utama

AIR MATA FAISOL REZA

Setelah itu, bung tak pernah lagi bicara penghilangan paksa. Suara bung sunyi senyap. Tembang bung tentang korban penculikan tak berkumandang lagi. Mungkin karena bung terlalu sibuk menjadi wakil rakyat sehingga sementara mengalami amnesia bahwa masih ada kawan-kawan bung yang hilang dan belum kembali.

Oleh: Ragil Nugroho

Saya sungguh terkejut, Bung. Sangat terkejut. Sampai-sampai burung yang terbiasa  berkicau di sekitar rumah saya, berhenti berkicau begitu melihat saya terkejut. Baru kali ini saya melihat bung meneteskan air mata di depan kamera. 

Saya tidak tahu apakah ini abad air mata. Setelah Hasto, Butet, Goenawan Mohamad, kini giliran bung yang berurai air mata. Saya tak tahu bung belajar teater di mana. Saya akui, penampilan bung sewaktu debat capres di Narasi TV begitu meyakinkan. Bung bisa memerankan peran dengan baik. Air mata bung tampak begitu natural. Kata-kata bung seolah-olah begitu tulus. Bung sukses menjadi aktor. Melodrama bung begitu memukau. Mungkin inilah penampilan terbaik bung selama ini.

Seorang anggota DPR dari partai yang sampai sekarang masih menjadi bagian koalisi kekuasaan, bisa menampilkan diri bagian dari korban kekuasaan. Itulah kehebatan bung. Akting bung tambah memukau dengan membawa korban-korban penghilangan paksa. Bung seolah-olah menjadi jubir mereka. Dengan intonasi suara yang pelan, kadang terbata-bata dengan mata berkaca-kaca, bung sudah bisa mendapatkan Piala Citra dalam film "Para Penjual Biografi Penyair Pelo" sebagai aktor terbaik.

Seingat saya beberapa bulan lalu bung masih satu barisan dengan Prabowo. Bung salah satu yang mendorong agar Imin menjadi cawapres Prabowo. Dan, bung lama juga satu barisan dengan Prabowo. Sepengetahuan saya, bung tidak pernah bicara penculikan waktu itu. Bung nyaman-nyaman saja dengan Prabowo. Bahkan saya lihat bung beberapa kali ketawa ketawi ketika bertemu Prabowo. 

Saat itu, bung begitu teguh mendukung Prabowo sebagai capres. Saya kutip salah satu berita di Detik.com :"Yang pertama bahwa PKB mengusung Prabowo sebagai capres. Itu harus dicatat," kata Faisol dalam konferensi pers usai pertemuan tim inti pembentukan koalisi besar bersama Golkar di Resto Pulau Dua, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (10/5/2023). Saat itu bung masih menjadi palang pintu bagi Prabowo.

Ketika bung masih menjadikan Prabowo sebagai padaku, dari berbagai berita di media, bung tak pernah bicara kasus penculikan. Dalam berbagai penampilan bung di media, bung tak terdengar menyebut-nyebut keluarga korban penculikan. Bung tak pernah menyebut-nyebut bahwa keluarga korban penculikan bertanya-tanya mengapa anak mereka hilang dan tak kembali. Dalam berbagai pemberitaan media, bung juga tak pernah mendatangi aksi Kamisan. 

Seingat saya, bung terakhir bicara tentang penculikan sebelum Pilpres 2019. Saat itu bung berada di kubu Jokowi. Setelah itu, bung tak pernah lagi bicara penghilangan paksa. Suara bung sunyi senyap. Tembang bung tentang korban penculikan tak berkumandang lagi. Mungkin karena bung terlalu sibuk menjadi wakil rakyat sehingga sementara mengalami amnesia bahwa masih ada kawan-kawan bung yang hilang dan belum kembali. Bung juga tak pernah menangih Jokowi untuk menemukan Wiji Thukul hidup atau mati. 

Saya tak tahu moralitas apa yang sedang bung bawa. Saya tak paham kenapa bung tiba-tiba bisa menangis di depan kamera. Ada apa di balik semua itu? Saat ini justru para aktivis NGO dan aktivis prodem yang terang terangan mengadopsi politik Machiavelli dengan menafikan moralitas. Demi kekuasaan menjual mayat kawan yang sudah hilang dan tidak bisa dikonfirmasi sikap politiknya saat ini, terutama mengenai Prabowo. Saya acungi jempol bung begitu percaya diri bahwa aktivis yang belum kembali itu sepemikiran dengan bung. Bung seolah-olah tahu pendirian politik mereka akan sama dengan bung, bersedia diajak berdagang orang hilang setiap 5 tahun sekali.

Bung tentu paham, semua ini tentang pilihan politik semata. Aktivis yang hilang dan hidup saat ini bisa dikonfirmasi sikap politiknya mengenai Prabowo. Andi Arif, Pius, Desmon mendukung Prabowo. Sementara bung sendiri  juga pendukung Prabowo, tetapi karena PKB berpindah koalisi, berubah juga pendapat bung tentang Prabowo. Jadi air mata bung itu sebetulnya untuk apa. Toh selama ini bung hapy-hapy saja. 

Bung pasti tahu karena sering bertemu Prabowo, baik setelah bung lepas dari penculikan hingga bung satu koalisi dengannya. Mungkin di antara korban penculikan, bung yang paling sering kongkow-kongkow dengan Prabowo. Bung pasti paham Prabowo menganut politik lurus, dia tidak pernah membantah kasus penculikan tersebut. Dia mengatakan melakukan itu karena tugas dari negara. Prabowo jujur bilang yang dia tangkap sudah dikembalikan. Dia tidak pernah menutup nutupi

Untuk mengatasi kasus HAM tersebut Prabowo memberikan proposal rekonsiliasi dan persatuan nasional. Tujuannya agar Indonesia bisa maju dan tidak lagi terbebani oleh konflik masa lalu yang selalu ingin diwariskan oleh elit politik dari generasi ke generasi demi kepentingan sosial maupun elektoral. Dan saya rasa bung juga menyepakati itu. Itu terlihat ketika Budiman Sudjatmiko memilih mendukung Prabowo dan kemudian dipecat PDIP, bung yang saat itu masih satu koalisi dengan Prabowo, mengajak Budiman bergabung dengan partai bung. Untung Budiman tidak bergabung dengan PKB, kalau bergabung bisa-bisa dia dipecat lagi karena partai bung lompat pagar.

Saya takjup dengan air mata bung. Bung yang sebelumnya cipa cipiki dengan Prabowo, tiba-tiba bisa meneteskan air mata sebagai senjata untuk menyerangnya. Saya kagum dengan perubahan sikap bung yang bisa secepat itu. Itulah kelebihan bung dibanding korban-korban penculikan yang lain. Bung bisa tampil dingin seolah-seolah sepanjang hidup bung selalu berhadap-hadapan dengan Prabowo. Bung layak menjadi aktor politik terbaik tahun ini. Dua jempol buat bung Sonyol: Air mata bung melebihi air mata buaya.***




Komentar

Postingan populer dari blog ini

SENJAKALA PDIP

Sepertinya PDIP sudah kesulitan membendung arus balik politik. Kanjeng Mami semakin ditinggalkan wong cilik. Oleh: Ragil Nugroho (Penikmat ikan koi) Aktivis tani era 90an yang pernah dicabut kumisnya oleh introgrator ketika tertangkap, Hari Gombloh, mengungkapkan bahwa pendukung Ganjar di tapal Kulonprogo tipis alias kecil. Padahal, beber warga Brosot ini, Kulonprogo merupakan salah satu kandang Banteng. Menurutnya, ini wajar karena Kulonprogo dekat dengan Wadas. Seperti kita tahu, selama beberapa tahun Wadas merupakan titik episentrum perlawanan terhadap Ganjar dan PDIP. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, ada ungkapan, " Sadumuk bathuk sanyari bumi ". Ungkapan ini bermakna bahwa satu sentuhan pada dahi dan satu pengurangan ukuran atas tanah (bumi) selebar jari saja bisa dibayar, dibela dengan nyawa (pati). Bagi orang Jawa, tanah adalah kehormatan dan harga diri. Sebagaimana sentuhan pada dahi yang menurut orang Jawa adalah penghinaan, maka penyerobotan tanah walaupun han