Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

SURAT TERBUKA UNTUK MEGAWATI

Mbak Ega, kau jangan dengarkan kritik orang tentang petugas partai. Kau adalah pemilik tunggal saham Banteng. Maka petugas partai harus kau pertahankan. Kau memang harus memiliki banyak boneka. Dengan begitu kekuasanmu akan langgeng dan orang akan terus memujamu.  Oleh: Wibowo Arif (Budayawan) Mbak Ega, mungkin sudah 100 kali kata "petugas partai" meluncur dari bibirmu yang mungil. Kata-kata itu meluncur tanpa rem sehingga blong. Tak mengherankan kalau kader-kadermu harus membilas itu dengan air tujuh kali dan sekali dicampur pasir. Mbak Ega memang keterlaluan. Menciptakan istilah yang bikin heboh dan puyeng kader-kader sendiri. Tapi itulah keunggulanmu, Mbak. Sejak istilah petugas partai muncul, kandang Banteng dianggap banyak orang seperti rumah bordil. Kader-kader partai seperti PSK yang menjalankan tugas dari  germo. Mereka tak memiliki kebebasan, harus tunduk dan patuh dengan majikan. Inilah yang membuat kader-kadermu risau, Mbak Ega. Mereka tersiksa tapi tak berani berk

JABATAN UNTUK BUDIMAN, PETRUS DAN FAISOL REZA BILA MENANG PILPRES

Jika kader-kader PRD bekerja keras memenangkan jagaoannya, bila menang maka berhak menuntut hak atas kue kekuasaan.  Sehingga bila Prabowo-Gibran menang maka Budiman bisa menuntut jatah menteri desa, Agus Jabo sebagai kepala BIN atau Haris Rusli Moti menjadi sekretaris kabinet. Bila Anies-Imin menang maka Faisol Reza bisa menuntut jabatan menteri pemuda dan olah raga, Yakobus Eko Kurniawan sebagai menteri agama atau Dita Sari menjadi menteri tenaga kerja. Bila Ganjar Mahfud menang maka Petrus harus mendapatkan jatah menteri sosial, Zul Amrozi sebagai menkominfo, Iwan Dwi Laksono sebagai Kepala KSP, Kelik Ismunanto sebagai kepala BP2MI, atau Waskito Giri Sasongko sebagai dirjen kebudayaan. Oleh: Ragil Nugroho ( Penulis Masalah Kekiri-Kirian) Harus diakui, Pilpres kali ini adalah All PRD Man. Dari semua gerakan demokratik yang lahir pada masa Orde Baru, PRD lah yang paling keras bertarung. Kader-kader PRD ada di tiga kubu. Saling sikat dan serang. Di masing-masing kubu terdapat kader-ka

PRD IDEOLOGIS VS PRD ROMANTIS: ANTARA REALISME POLITIK DAN HUMANISME UNIVERSAL

Serangan Petrus kepada Budiman lebih seperti serangan anak kecil yang lebih banyak berisi rajukan, tidak ideologis dan tanpa stratak yang jelas. Kalau Petrus memiliki massa, dia bisa menyeret Budiman ke Pengadilan Rakyat karena dianggap berkhianat. Namun karena hanya gerbong kosong, Petrus sebatas meratap atas pilihan politik Budiman. Oleh: Ragil Nugroho (Penulis Tema Kekiri-Kirian) Selain pertarungan antar pendukung copras capres dalam Pemilu 2024, ada pertempuran lain yang tak kalah dahsyatnya, yaitu PRD Ideologis vs PRD Romantis. Budiman Sudjatmiko menjadi simbol PRD Ideologis, sementara Petrus H Hariyanto menjadi simbol PRD Romantis. Bila ditarik ke masa Uni Soviet, inilah pertarungan antara Stalin vs Trotsky. Siapakah yang unggul? Marilah kita gelar tikar untuk menyaksikan pertarungan dua kubu itu. PRD Ideologis bicara tentang gagasan masa depan. Menguraikan bagaimana kekuasaan pasca Jokowi bisa dilanjutkan dan didorong maju. Membahas Indonesia modern dengan hilirisasi, industrial

NDASMU

Ini menunjukkan bahwa Prabowo paham kultur masyarakatnya. Dia berusaha menggunakan bahasa pergaulan sehari-hari orang-orang kampung dalam pentas politik.  Oleh: Ragil Nugroho Kata-kata Prabowo di acara internal Partai Gerindra, "Ndasmu, etik," memantik perdebatan di media sosial. Oleh lawan-lawan politiknya, kata-kata tersebut digoreng sedemikian rupa untuk memojokkan Prabowo. Gorengan tersebut untuk mengkontruksikan bahwa Prabowo sebagai sosok yang kasar. Para politisi yang bermental priyayi juga berpandangan serupa. Padahal, Prabowo telah berjasa mengangkat bahasa orang-orang di pedesaan Jawa ketingkat politik nasional.  Dalam kultur masyarakat di pedesaan Jawa, kata " ndasmu /kepalamu" merupakan bahasa pergaulan sehari-hari. Mereka mempergunakan dalam berbagai aktivitas, ketika mencangkul di ladang, kongkow-kongkow di pos ronda, atau ketika ada perkumpulan seperti yasinan maupun pertemuan RT. Selain kata " ndasmu ", kata-kata lain yang sering digunakan

AIR MATA FAISOL REZA

Setelah itu, bung tak pernah lagi bicara penghilangan paksa. Suara bung sunyi senyap. Tembang bung tentang korban penculikan tak berkumandang lagi. Mungkin karena bung terlalu sibuk menjadi wakil rakyat sehingga sementara mengalami amnesia bahwa masih ada kawan-kawan bung yang hilang dan belum kembali. Oleh: Ragil Nugroho Saya sungguh terkejut, Bung. Sangat terkejut. Sampai-sampai burung yang terbiasa  berkicau di sekitar rumah saya, berhenti berkicau begitu melihat saya terkejut. Baru kali ini saya melihat bung meneteskan air mata di depan kamera.  Saya tidak tahu apakah ini abad air mata. Setelah Hasto, Butet, Goenawan Mohamad, kini giliran bung yang berurai air mata. Saya tak tahu bung belajar teater di mana. Saya akui, penampilan bung sewaktu debat capres di Narasi TV begitu meyakinkan. Bung bisa memerankan peran dengan baik. Air mata bung tampak begitu natural. Kata-kata bung seolah-olah begitu tulus. Bung sukses menjadi aktor. Melodrama bung begitu memukau. Mungkin inilah penampi

YANG LENYAP DAN TAK KEMBALI DI ZAMAN MEGAWATI

Muklis dan Zulfikar merupakan noda hitam dan berdarah-darah rezim Megawati. Sejarah telah mengguratkan dalam prasasti ingatan bangsa Indonesia siapa saja yang lenyap dan tak kembali di zaman rezim Megawati. Oleh: Ragil Nugroho (Aktivis 96) Motinggo Busye pernah menulis cerita pendek di Harian Kompas berjudul Dua Tengkorak Kepala . Berlatar Aceh, cerpen tersebut berkisah tentang dua tengkorak kepala. Dua tengkorak itu ada lubang peluru. Satu peluru tentara Jepang, satu peluru berasal dari tentara Indonesia. Motinggo ingin mengatakan, nasib rakyat Aceh sama saja di masa pendudukan Jepang dan Indonesia, menjadi korban pembantaian. Para korban kekerasan di Aceh dalam cerpen Motinggo merupakan bagian dari yang lenyap namun masih kembali walaupun hanya tinggal tengkoraknya. Namun, banyak pula yang lenyap dan tak kembali. Zulfikar dan Mukhlis merupakan beberapa korban yang lenyap dan tak kembali. Zulfikar mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Ar Raniry dan Mukhlis mahasiswa Fakultas Syariah dari

KECENGENGAN BUTET KARTAREDJASA

Dagangan "neo-Orba" ini memang hanya sebagai lelucon. Kita tahu di masa Megawati sebagai presiden setelah mencuri dari Gus Dur, pemerintahannya yang banyak menidas. Puluhan aktivis mahasiswa dipenjara karena menolak kebijakan Mega. Munir diracun juga terjadi di zaman Mega. Dan yang paling mengenaskan, Megalah yang menghidupkan kembali Daerah Operasi Militir di Aceh. Kita tahu dampaknya, ribuan rakyat Aceh ditangkap, dipenjara dan dibunuh Oleh: Ragil Nugroho (Aktivis 96) Guna menutupi pentasnya di Taman Ismail Marzuki (TIM) yang tidak ngangkat, sepi dari pemberitaan, maka Butet menggelar pentas di luar panggung. Dalam pentasnya di luar panggung, Butet memerankan diri sebagai sosok yang diintimidasi. Dengan raut muka dimelas-melaskan, dia menampilkan diri seolah-olah tertekan. Untung air matanya tidak tumpah, hanya suaranya dibikin terbata-bata.  Tentu saja maksud pentas Butet di luar panggung ini untuk menarik simpati politik. Sudah jamak diketahui, dia pendukung Ganjar. Denga

ANAK BAWANG BERNAMA GIBRAN

Gibran muncul dengan kesadaran kelas borjuasi baru yang tampil egaliter. Cara berpakaian, berfikir, sampai berkomunikasi bukan lagi cara pejabat-pejabat lama yang kaku. Dia bisa membaur dikalangan anak-anak muda tanpa kikuk. Sebagai borjuasi baru, Gibran tak mau tampil bertele-tele. Sementara itu, di hadapan borjuasi lama, Gibran bisa berdiri tegak.  Oleh: Ragil Nugroho  Ibaratnya, Gibran ini seperti bawang merah. Dia membuat Hasto, Goenawan Mohamad dan yang lain, menangis bombay. Baru kali ini kemuculan anak muda membuat tokoh-tokoh tua berderai air mata, bukan karena bersuka cita tetapi karena menentangnya. Para uzur seperti terkena hantaman palu Thor. Kemunculan Gibran membuat politik Indonesia jungkir balik. Teori-teori politik yang dipelajari di sekolah-sekolah menjadi mati kutu. Itulah Gibran Rakabumi Raka. Ini memang zaman anak muda, tidak hanya di Indonesia, juga di dunia. Seperti ada benang-benang yang menghubungkan anak muda di semua belahan dunia untuk mengambil peranan. Keh

GOENAWAN MOHAMAD POLIGAMI[Ngawinin Logika Formal, Habis Itu Ngawinin Dialektika Hegel]

Kan gawat tuh kalau muncul berita: Goenawan Mohamad pendiri Tempo cum penyair Salihara diseret ke pengadilan karena terlibat dalam pembantaian 1965. Ia dituduh menerima dana dari CCF dan bekerjasama dengan tentara untuk menggalang gerakan anti komunis.  Oleh: Liluk Lumpita Sibarani  [Anggota Kelompok Ngrumpi “Kidul WC” Filsafat ] Baru-baru ini gue dapat tugas mata kuliah logika. Pas itu rame-ramenya kasus Goenawan Mohamad nangis-nangis di Kompas Tipi karena merasa ditinggal oleh Pak Jokowi. Kebetulan banget, batin gue. Setelah buka buku ini itu, akhirnya gue mau bikin makalah. Temanya akan ngebahas tulisan Goenawan Mohamad [GM] dan tanggapan dari Opa Pram [Pramoedya Ananta Toer]. Gue akan ngebandingi antara logika formal yang dikawinkan dengan dialektika Hegel oleh GM dengan logika materialisme dialektika dan historis [MDH] yang dipakai Opa Pram.  Tulisan ini coret-coret gue sebelum bikin makalah *hihihi, seperti Corat-Coret di Toilet karya alumnus Filsafat UGM, Kak Eka Kurniawan. Ada

MEMBUKA TOPENG HASTO

Bila Doktor Faust rela menukar dirinya dengan Iblis agar menguasai ilmu pengetahuan, maka Hasto rela menukar kemaluannya demi tujuan politiknya Oleh: Ragil Nugroho (Aktivis 96) Pertama kali yang dingat dari Hasto Kristiyanto--Sekjen PDIP--adalah air mata dan mencret. Sepertinya air mata Hasto tak ada krannya sehingga gampang sekali jebol. Orang Jawa menyebutnya gembeng . Ketika menyerang pihak lain, Hasto begitu garang seolah-olah orang paling perkasa di muka bumi. Coba ingat-ingat serangannya terhadap Partai Solidaritas Indonesia, Partai Prima, Partai Demokrat, Nasdem maupun PKS. Namun, begitu terantuk kerikil, Hasto langsung nangis-nangis, atau kalau tidak begitu, mencret-mencret. Buaya saja akan malu kalau melihat Hasto nangis-nangis. Air mata buaya pun tak selebay air mata Hasto.  Secara psikologis sepertinya Hasto menderita semacam Oidupus Complex sehingga mencintai Bunda Banteng secara berlebihan. Namun itu tak perlu diperpanjang pembahasannya, biar mahasiswa psikologi yang mengk

SURAT TERBUKA UNTUK BUTET KARTAREDJASA

Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Oleh: Ragil Nugroho Begini, Tet, Kau orang Jawa, tapi watakmu Londo: tukang adu domba. Kau Katolik, tapi karaktermu Yudas: culas. Kau pembenci Prabowo, tapi meminjam tangan Jokowi. Sedari awal kau sudah menjadi abdi Ganjar. Kau ejek Prabowo dan Anies dengan topeng seniman mediokermu itu. Kau mengaku pejuang reformasi hanya berbekal menirukan suara Soeharto, itupun kau baru berani lakukan setelah Soeharto dikepung mahasiswa. Sebagai abdi Ganjar kau punya hak memenangkan tuanmu. Tapi kau pengecut. Kalau berlindung di balik Jokowi. Kau mengiba agar Jokowi menyelamatkan demokrasi. Seolah-olah kau Kristus yang bermoral kudu

SURAT TERBUKA KEPADA PSI TUA

Generasimu telah gagal menjadi manusia. Kau penyokong kekuasaan yang berdarah-darah. Lantas sekarang kau bicara moralitas politik seperti seorang petapa. Kau bicara seperti mpu yang berbicara nilai-nilai masa lalu. Oleh: Ragil Nugroho Pak Goen, Tidak sepertimu, aku bukan pendukung Jokowi. Aku pikir, dukunganmu kepada Jokowi bukan hal luar biasa. Sudah menjadi karaktermu sedari muda, siapa yang berkuasa kau dukung. Hanya Sukarno yang kau hempaskan. Sejak muda kau memang tidak suka kepada mereka yang revolusioner. Maka kau bergabung dengan Manikebu. Kau tak suka dengan PKI yang revolusioner. Maka kau bersama yang lain ikut menguburnya. Benar, kata Pramoedya Ananta Toer, " Goenawan Mohamad adalah bagian dari Orde Baru". Maka dengan tegas Pram tidak percaya kepadamu. Kau memang selalu mencari posisi yang aman. Orde Baru yang berdiri di atas jutaan bangkai orang-orang PKI dan simpatisannya, kau dukung. Tak ada kerisihan bagimu. Apakah itu bentuk humanisme universal yang kau dewak

SETELAH KAESANG: JALAN BARU POLITIK INDONESIA

Bila kita mencermati pidato Kaesang setelah dikukuhkan sebagai Ketum PSI, maka peta jalan politik Indonesia akan berubah. Kaesang mencerminkan pemimpin muda yang santai, tidak konservatif, tidak feodal dan tidak formalistik. Oleh: Ragil Nugroho (Pengumpul Koper ) Pada usia 20 tahun, Semaoen menjadi ketua partai. Bila diukur sekarang, ia masih belia. Bila diukur dari kerja-kerja organisasi, ia sudah tertempa. Saat usianya 14 tahun, ia sudah bergabung dengan Serikat Islam. Lantas menjadi bagian ISDV hingga menjadi Ketua Partai Komunis Indonesia yang pertama. Jadi, usia muda bukan penghalang seseorang menjadi ketua partai. Munculnya Kaesang Pangarep menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) merupakan kejadian yang biasa. Di masa lampau, ketua partai relatif masih muda usianya. Seperti Semaoen contohnya. Fidel Castro memimpin revolusi bersenjata usia 33 tahun. Itu bukan penghalang, malah berdampak positif karena vitalitas yang dimiliki.  Saat ini, munculnya tokoh-tokoh muda dal